widget

Senin, 12 Agustus 2013

KOMUNI PERTAMA




                Minggu, 2 Juni 2013, bertepatan dengan pesta tubuh dan darah Kristus, di Gereja Paroki Santo Gregorius-Tangerang, berlangsung upacara penerimaan komuni pertama bagi ke 170 calon penerima komuni. Di hadapan para calon penerima komuni pertama dan orang tua pendamping, Romo Andrianus Andy Gunardi, Pr, didampingi Romo Yosef Natalis Kurnianto, Pr,    dalam kata pembukaan mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mempercayakan anaknya kepada Gereja untuk menerima tubuh dan darah Kristus. Tak lupa pula, Romo Andy mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah dengan setia mendampingi anak-anak hingga penerimaan komuni pertama.
                Dalam khotbahnya yang singkat, Romo Andy terlebih dahulu menanyakan kepada para peserta komuni pertama, mengapa Yesus memperkenalkan diri sebagai roti dan bukan yang lain? Yesus selalu bertolak pada sejarah masa lampau. Umat Israel, ketika mengembara di padang gurun, mereka mengalami kelaparan dan mereka bersungut-sungut kepada Musa yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Allah selalu memperhatikan umat-Nya sehingga Ia menurunkan roti manna di padang gurun agar umat Israel bisa makan dan bertahan hidup.
                Dalam malam perjamuan terakhir, Yesus juga menggunakan roti untuk makan bersama para mudir-Nya. Kenangan di malam perjamuan terakhir itu kemudian dilanjutkan oleh Gereja dengan merayakan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi, Yesus membagikan diri menjadi santapan rohani. Menurut Romo Andy dalam khotbahnya, bahwa “menerima tubuh Kristus berarti adik-adik bersedia membagi diri dengan orang lain.” Seperti Kristus yang telah membagi diri untuk orang lain, kita pun sama. “Adik-adik selalu siap sedia untuk membagi diri untuk orang tua di rumah dan teman-teman di sekolah,” tandas Romo Andy.   
Iman kepada Yesus tidak berhenti pada penerimaan komuni pertama, melainkan terus dipupuk terutama dalam lingkup keluarga agar anak-anak bisa mengenal  Yesus secara lebih baik.  Pertumbuhan iman anak-anak bukan sekali jadi tetapi butuh proses. "Bimbingan kami selama kurang lebih enam bulan tidak ada artinya apa-apa kalau tidak dilanjutkan oleh orang tua. Kami hanya mengantarkan mereka untuk menerima komuni pertama dan pertumbuhan iman selanjutnya  menjadi tanggung jawab orang tua,” tandas salah seorang panitia. Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan acara  foto bersama. ***(Valery Kopong)      




Tidak ada komentar: