Dalam
khotbahnya yang singkat, Romo Andy terlebih dahulu menanyakan kepada para
peserta komuni pertama, mengapa Yesus memperkenalkan diri sebagai roti dan
bukan yang lain? Yesus selalu bertolak pada sejarah masa lampau. Umat Israel,
ketika mengembara di padang gurun, mereka mengalami kelaparan dan mereka
bersungut-sungut kepada Musa yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Allah
selalu memperhatikan umat-Nya sehingga Ia menurunkan roti manna di padang gurun
agar umat Israel bisa makan dan bertahan hidup.
Dalam malam
perjamuan terakhir, Yesus juga menggunakan roti untuk makan bersama para
mudir-Nya. Kenangan di malam perjamuan terakhir itu kemudian dilanjutkan oleh
Gereja dengan merayakan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi, Yesus membagikan
diri menjadi santapan rohani. Menurut Romo Andy dalam khotbahnya, bahwa
“menerima tubuh Kristus berarti adik-adik bersedia membagi diri dengan orang
lain.” Seperti Kristus yang telah membagi diri untuk orang lain, kita pun sama.
“Adik-adik selalu siap sedia untuk membagi diri untuk orang tua di rumah dan
teman-teman di sekolah,” tandas Romo Andy.
Iman kepada Yesus tidak berhenti pada penerimaan komuni pertama,
melainkan terus dipupuk terutama dalam lingkup keluarga agar anak-anak bisa
mengenal Yesus secara lebih baik. Pertumbuhan iman anak-anak bukan sekali jadi
tetapi butuh proses. "Bimbingan kami selama kurang lebih enam bulan
tidak ada artinya apa-apa kalau tidak dilanjutkan oleh orang tua. Kami hanya
mengantarkan mereka untuk menerima komuni pertama dan pertumbuhan iman
selanjutnya menjadi tanggung jawab orang
tua,” tandas salah seorang panitia. Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan acara foto bersama. ***(Valery Kopong)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar