Misa kaum buruh di Aual Tarakanita Citra Raya-Cikupa-Tangerang |
“Gereja-Buruh, Siapa Peduli Siapa?” Inilah tema umum perayaan
Ekaristi bagi kaum buruh se-dekenat Tangerang-Banten. Perayaan Ekaristi bagi
kaum buruh bertepatan dengan Pesta
Kenaikan Yesus, Kamis 9/5/2013 berlangsung meriah di aula Sekolahan Tarakanita
Citra Raya-Cikupa-Tangerang-Banten. Hadir dalam perayaan itu Mgr. Ignatius
Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta dan sekaligus bertindak sebagai selebran
utama. Di samping itu pula hadir romo deken untuk dekenat Tangerang, Rm. Bernadus Yusa Bimo Hanto, OSC
dan enam imam lain yang turut hadir sebagai konselebran dalam perayaan Ekaristi
kudus.
Penyelenggaraan perayaan
Ekaristi bersama para buruh ini digagas sebagai rangkaian acara dalam
memperingati hari buruh sedunia yang jatuh pada 1 Mei yang lalu. Dalam
kesempatan melaksanakan acara akbar ini menunjukkan bahwa kaum buruh tidak
hanya berdemo menuntut hak-haknya di jalanan tetapi juga membangun solidaritas
dalam semangat Ekaristi kudus. Dalam kata pembukaannya, Mgr. Ignatius Suharyo mengatakan bahwa “kita
adalah satu keluarga, sebagai murid Kristus. Kita berkumpul di sini untuk
saling meneguhkan dalam iman, harapan dan kasih.” Pertemuan bersama para buruh
merupakan kesempatan langka dan karenanya dimanfaatkan secara baik dalam upaya
membangun solidaritas sesama kaum buruh.
Di hadapan 650 kaum
buruh yang hadir, lebih jauh di awal khotbahnya, Mgr. Suharyo mengajak kaum
buruh untuk menjalankan tugas perutusan dengan baik di tempat kerja
masing-masing dan selalu mensyukuri
anugerah kehidupan. Membangun rasa syukur
dan mensyukuri anugerah kehidupan merupakan suatu keharusan bagi setiap
kita orang beriman. “Ketika Yesus hidup pada waktu itu, keadaannya mirip dengan
kehidupan kita sekarang,” tegas Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Keadaan apa yang mirip dengan keadaan yang kita alami
sekarang? Kalau zamannya Yesus, kehidupan waktu itu penuh dengan penjajah
asing. Ada penindasan dan
perampasan terhadap hak-hak asasi
manusia. Banyak orang miskin, sakit dan tertekan terdepak dari masyarakat.
Yesus tidak menutup mata terhadap seluruh persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat pada waktu itu. Ia justeru membuka mata dan berani berpihak pada mereka yang
disisihkan. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus adalah kerajaan kasih
yang bisa menyapa semua orang. Yesus berpihak pada orang-orang kecil, dan hal
ini menunjukkan bahwa Allah sedang berpihak dan mencintai semua orang. Allah
dengan caranya sendiri untuk mau membebaskan orang-orang dari penjajah. Kita
juga sedang dijajah oleh kekuatan lain, yakni kekuasaan dan para pemodal, yang terkadang bersikap kurang manusiawi
terhadap kaum buruh.
Perayaan Ekaristi akbar kaum buruh ini dimeriahkan oleh
paduan suara dari ibu-ibu WKRI Santa
Odilia-Citra Raya-Tangerang. Setelah perayaan Ekaristi masih dilanjutkan dengan
acara sarasehan. Dalam acara sarasehan, diminta kesediaan beberapa buruh untuk
membagi pengalaman terutama tentang perjuangan menempuh jalan jauh menuju
tempat kerja. Sedangkan Handono, salah seorang buruh mensyeringkan pengalaman
kerja dalam tekanan waktu tetapi masih menyempatkan diri untuk mengurus Gereja
dan lingkungannya.
Dalam sarasehan itu juga dibuka kesempatan untuk tanya jawab
bersama Mgr. Suharyo. Kiranya dalam
momentum ini, Gereja juga semakin peduli terhadap kaum buruh dan kaum buruh
juga bisa menyisihkan waktu untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja. “Kita
berkumpul di sini untuk menumbuhkan spiritualitas gembala baik dan
mudah-mudahan kita mendapat sentuhan yang baik dari teman-teman yang hadir,”
demikian harapan Bapak Frederikus Hary Mulyono, ketua panitia penyelenggara
misa kaum buruh dekenat Tangerang.***(Valery Kopong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar