widget

Selasa, 22 Februari 2011

NATAL BERSAMA KIA AFI



                Kelahiran Yesus di kandang hina, berusaha dimaknai oleh seluruh jagat dengan sangat variatif. Ada yang merayakan dalam suasana mewah, bahkan menampilkan artis sekalipun, namun natal tetap menunjukkan kesederhanaan dan dalam kesederhaan itu orang-orang membangun persaudaraan. Tidak ketinggalan juga, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) cabang Stasi St.Gregorius memaknai natal dalam suasana persaudaraan. “Kelahiran Yesus Membangun Persaudaraan Sejati,” demikian tema natal bersama yang diusung WKRI. Tema ini menjadi “payung” bersama untuk melihat Yesus sebagai  sumber perekat persaudaraan.
                Perayaan natal bersama yang berlangsung di aula sekolahan Tarsisius Vireta itu lebih dilihat sebagai momentum untuk melihat seluruh perjalanan WKRI yang ada di Stasi Gregorius dan seluruh program yang sudah terealisasi dan yang masih tertunda. Dalam sambutannya, Ibu Effi, selaku ketua WKRI cabang Stasi St. Gregorius memaparkan beberapa program yang sudah dilakukan sebagai bagian dari pelayanan di tengah Gereja sebagai miteranya. Program nyata yang sudah dilakukannya seperti menggelar pasar murah menjelang natal. Program ini sangat strategis karena menyentuh langsung kehidupan masyarakat seputar Gereja yang sangat membutuhkan bantuan.
                Selama 12 tahun berdiri di Stasi Gregorius, WKRI telah mendirikan 26 ranting dan membangun relasi yang luas dengan pihak luar untuk mendukung kegiatan yang ditawarkannya. Pada bulan September 2001, sudah ada kerja sama dengan pihak medis. Kerja sama ini lebih dimaksud untuk memberikan pelayanan kesehatan secara gratis. Selain memaparkan keberhasilan program pada acara natal bersama itu, Ibu Effi juga mengemukakan program yang masih tertunda. Salah satu program yang belum dilaksanakan adalah “Peningkatan Perempuan Usaha Kecil.” Tujuan dari pengadaan program ini, yaitu upaya pengentasan kemiskinan.
                Dalam acara itu, juga dihadiri oleh Romo Andre Delimarta, SDB, suster-suster dari Maria Mediatrix dan utusan dari  lingkungan dalam Stasi St. Gregorius. Romo Andre, memberikan renungan singkat tentang natal yang dikemas dalam beberapa cerita sederhana yang penuh makna. Namun sebelum bercerita, ia mengatakan bahwa di mall-mall, aneka hiasan tentang natal kita jumpai dan lebih menonjol adalah sosok sinterklas sedangkan Yesus sendiri tidak punya tempat di mall, padahal makna natal berarti menghadirkan sosok Yesus sebagai pusatnya. Yesus sendiri semakian terpinggirkan dalam gebyar perayaan natal. Dalam cerita yang dibawakan oleh Romo Andre, ia menceritakan 2 sukarelawan yang adalah guru, bercerita tentang Yesus pada anak-anak yatim. Dalam kandang natal itu ada Yosef, Maria, dan 3 raja dari Timur yang memberikan persembahan kepada-Nya. Setelah dua guru ini bercerita, para yatim disuruh untuk menggambar kandang natal, lengkap dengan penghuninya. Seorang anak bernama Michelle menggambar bayi kembar dalam kandang natal itu.  Melihat kandang natal dengan bayi kembar itu, tentunya sang pencerita (2 guru) merasa kaget dan heran.
                Michelle pada akhirnya mempertanggung-jawabkan hasil gambarnya. “Selama ini kita tahu bahwa bayi yang ada dalam kandang natal hanya satu. Tetapi dalam gambar ini diperlihatkan dua bayi. Bayi yang satu adalah Yesus sendiri dan yang satunya lagi adalah diriku sendiri,” jelas Michelle. Mendengar penjelasan itu, semua pada heran, baik anak-anak yatim sendiri maupun 2 guru yang telah bercerita tentang natal sebelumnya.
                Apa makna dibalik cerita yang tidak umum ini?  Perayaan natal yang selama ini dirayakan terkesan jauh dari sentuhan kesederhanaan. Bahkan kandang natal dibuat semewah mungkin dan dilengkapi dengan gemerlap lampu-lampu kota. Tetapi semakin orang merancang kandang natal yang megah, pada saat yang sama, kita semakin menjauhkan diri dari Yesus sendiri. Cerita tentang Michelle di atas menjadi menarik di tengah manusia modern yang kurang menempatkan Yesus dalam hidupnya. Yesus menjadi teman perjalanan hidup setiap insan yang digambarkan lewat bayi kembar yang ada dalam kandang natal itu.
                Di tengah acara ini juga dibangun komitmen kembali dengan pengucapan ikrar dan ditemani lilin-lilin bernyala yang dibawakan oleh pengurus WKRI baru dan para mantan pengurus. Dalam kerdip nyala lilin dengan semburan asapnya yang bersahabat terdengar nada-nada saxophone. Acara ini juga diselingi dengan beberapa tarian dan puisi. 
                Kemeriahan acara ini sepertinya memuncak saat kehadiran Petrus Kia Suban atau lebih dikenal     Kia AFI. Juara II dalam Akademia Fantasi Indonesia 2004 ini, tampil di atas panggung untuk membawakan lagu-lagu natal.  Kehadiran Kia di tengah perayaan natal bersama seperti membawa spirit tersendiri. Beberapa lagu yang dilantunkan oleh pria berdarah blasteran Adonara-Jawa ini, memukau para undangan yang hadir. Ada beragam reaksi dari para undangan yang diperlihatkan, baik dari kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi hadirin lebih banyak mencari peluang untuk berfoto bersama Kia, baik saat sedang menyanyi maupun sesudahnya dengan kamera HP.*** (Valery Kopong)  
                      

Tidak ada komentar: