Selamat pagi Yesus.
Mari masuk. Maaf, rumah-Ku sederhana. Ada apa? Kok pagi-pagi begini kunjungi Aku. Dari mana ni?
Ya. Kami dari Majalah Voluntas. Mau meminta waktu untuk berbicara dengan Yesus. Kira-kira ada waktu engga?
Saya selalu ada waktu untuk siapa saja yang datang kepada-Ku. Kalau boleh tahu, wawancara dalam kaitan dengan apa ya?
Dalam kaitan dengan seputar pemanggilan murid-murid pertama. Hasil wawancara akan dipublikasikan lewat Voluntas. Kalau saya baca dalam Kitab Suci, ada 12 rasul yang dipanggil dan dipilih oleh Yesus. Kira-kira apa tujuan Yesus membentuk kedua belas Rasul?
Tujuan pemanggilan dan pemilihan rasul-rasul sebenarnya sederhana saja. Mereka bisa menemani Saya dalam melakukan karya-karya pewartaan dan mewartakan kerajaan Allah di tengah masyarakat. Mereka inilah yang menemani dan membantu dan bahkan pada akhirnya melanjutkan karya-karya-Ku di dunia ini setelah saya menjalani sengsara, wafat, bangkit dan naik ke sorga. Banyak kisah yang ditulis dalam teks Kitab Suci sebenarnya merupakan buah penuturan mereka kepada kelompok atau komunitas penulis.
Dalam memanggil kedua belas Rasul, Yesus memilih kebanyakan dari para penjala ikan. Mungkin ada maksud lain dibalik pemanggilan orang-orang sederhana?
Perlu diketahui bahwa orang-orang sederhana yang menjadi target pemilihan Saya. Mengapa? Kalau Anda baca dalam Kitab Suci, kerajaan Allah hanya dinyatakan kepada mereka yang sederhana, miskin secara hartawi tetapi kaya akan pengalaman perjumpaan dengan Allah sendiri. Kesadaran orang-orang kecil lebih tajam dan peka terhadap sentuhan kasih Allah sendiri. Mereka lebih terbuka untuk menerima tawaran Allah. Tawaran-tawaran Allah dan sentuhan Allah sendiri dapat dirasakan lewat pengalaman hidup harian. Ketika mereka mengalami kesuksesan, mereka memanjatkan syukur kepada Tuhan dan demikian juga pada ketika mengalami kegagalan, semuanya mereka syukuri sebagai sesuatu yang terberi dari Allah.
Saat ini keberlangsungan Gereja di bawah bimbingan para uskup dan imam-imam. Bagaimana Yesus melihat cara kerja para uskup dan imam-imam saat ini dalam menggembalakan domba-domba-Nya?
Saya sendiri salut terhadap perkembangan Gereja saat ini. Walaupun seringkali mengalami tantangan dan hambatan tetapi mereka tetap maju. Satu hal yang menjadi perhatian yakni ada ketergantungan yang sangat kuat terhadap Allah sendiri yang senantiasa membimbing umat-Nya dengan Roh-Nya sendiri. Roh Kudus seperti yang Saya janjikan dulu dan sudah turun pada peristiwa Pentekosta menjadi momentum iman yang sangat penting dan menjadikan Gereja ini semakin “bernyawa.” Keberadaan Gereja, walaupun dihambat tetapi semakin kokoh berdiri. Saya ibaratkan keberadaan Gereja sebagai sebuah pohon asam yang tumbuh di tengah himpitan batu-batu. Karena semakin dihimpit oleh batu maka akarnya tidak mungkin melebar karena sudah diblokir oleh tumpukan bebatuan. Di sini, pohon asam tersebut, mau tidak mau akarnya harus menukik ke bawah, dan dengan itu ia semakin kuat. Ketika datangnya hujan dan badai, ia (pohon asam) tetap kokoh berdiri, tanpa diombang-ambingkan oleh apa dan siapapun. Gereja juga sama. Gereja selalu berakar dalam iman akan Yesus dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Roh Kudus menjadi fungsi penyerta untuk setiap perjalanan Gereja sampai akhir zaman.
Pada zaman ini, semakin banyak umat yang bertambah dari waktu ke waktu, tetapi panggilan untuk menjadi imam ataupun biarawan/biarawati semakin sulit. Dan juga mereka yang sudah terpanggil, banyak yang putus di tengah jalan. Bagaimana pendapat Yesus tentang permasalahan ini?
Untuk saat ini, menjaring orang untuk masuk ke biara memang agak sulit. Sulit karena kehidupan anak-anak sekarang sudah dipengaruhi oleh pelbagai hal yang serba modern sehingga ada keengganan untuk melepaskan hal-hal duniawi yang mengikatnya. Memang, para pemimpin baik di biara maupun di seminari-seminari harus berlapang dada kalau memang para frater ataupun suster yang masih terikat dengan kaul sementara, harus meninggalkan biara. Tapi itu semua harus dilihat secara positif. Mereka yang mantan, entah mantan frater atau suster, kalau pun keluar tetap mereka memberikan kontribusi secara penuh pada Gereja. Gereja harus terbuka menerima mereka sebagai agen-agen pastoral yang sudah dibentuk secara matang. Anda bisa lihat di Gereja Santo Gregorius, ada kelompok mantan frater, ada yang eks OFM, Pr, SCJ dan SVD serta beberapa ordo lain, telah membentuk komunitasnya sendiri. Kelompok “Serviamus” merupakan salah satu contoh yang baik bahwa mereka yang pernah mau menjadi imam tapi gagal, sudah mengukuhkan komitmennya untuk melayani umat, tidak hanya dari paduan suara tetapi juga sebagai organis bahkan sebagai penulis di majalah Voluntas.
Kemudian menyangkut beberapa imam maupun suster yang meninggalkan imamat dan kaul-kaulnya, itu juga dilihat sebagai bagian dari panggilan itu sendiri. Barangkali dalam proses awal mereka sendiri tidak menggali panggilan hidupnya secara radikal sehingga pada akhirnya menentukan pilihan yang lain. Memang, pilihan untuk membelot dari panggilan adalah pilihan pribadi dan Allah senantiasa membimbing setiap manusia, dalam keputusan apa pun yang dilakukan. Saya juga salut kepada imam, biarawan / biarawati yang bertahan hidupnya sampai 25 tahun, 40 tahun, 60 tahun dan pada akhirnya meninggal dalam imamatnya. Ok, salam untuk seluruh umat di Stasi Santo Gregorius.***(Valery Kopong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar