Oleh: Roswita Intan*
“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Kutipan ini menjadi inspirasi dan memberi semangat bagi seorang ‘Angel,’ gadis cantik yang terlahir cacat. Ya, sejak tubuh kecilnya terlahir di dunia ini, Angel tak mempunyai sepasang kaki yang utuh. Ia pun berjalan dengan menggunakan kursi roda, benda itulah yang selalu ada bersama gadis cantik ini. Kursi roda menjadi sahabat sejati bagi seorang Angel.
Beruntungnya Angel memiliki orang tua yang begitu menyayanginya, orang tuanya tak pernah mengeluh atas keadaan putrinya itu. Angel memang seorang yang cacat tetapi ia seorang yang cerdas, cantik dan ramah. Ia pun disukai oleh banyak orang, rasanya tergantilah cacatnya itu dengan apa yang ia miliki.
Di lain sisi, Angel adalah seorang yang tak percaya diri. Ia sangat malu akan keadaannya yang cacat, walau tak pernah ada seorangpun yang menyinggungnya tapi rasanya dia tahu tatapan iba yang terlontar untuk dirinya dari tiap orang yang melihatnya. Hal inilah yang membuat Angel menganggap dirinya tak berarti.

Pengalaman Angel dan bakat yang dimilikinya menunjukkan banyak perbedaan di antara setiap manusia. Talenta yang diberikan oleh Tuhan pada manusia sangat beragam dan hal ini menjadi daya pelengkap bagi setiap orang yang mengalami kekurangan antara satu dengan yang lain. Sempurna secara fisik, belum tentu memiliki talenta atau bakat yang memungkinkan seseorang bisa berkembang. Cacat secara fisik, belum tentu tidak memiliki talenta.
Orang-orang cacat adalah mereka yang memiliki keterbatasan tetapi banyak di antara mereka yang berani keluar dan melampaui keterbatasan yang dialaminya itu. Tony Mellendez misalnya, si manusia tanpa tangan, namun lincah bermain gitar dengan hanya mengandalkan kakinya. Jari-jari kaki, begitu gesik meraba dawai-dawai gitar dan mengeluarkan bunyi yang harmonis. Ia sendiri juga jago menyanyi. Inilah talenta yang diberikan Tuhan kepada dia yang serba kekurangan secara fisik. Ia berusaha mengembangkan talenta yang sudah diberikan Tuhan sebagai bagian dari pertanggung-jawabannya kepada Dia, sumber inspirasi itu.
Proses untuk mengembangkan talenta seperti yang dialami oleh orang-orang cacat sangatlah lama. Di antara deraian keringat dan pengorbanan, orang-orang cacat sepertinya berusaha untuk melampaui mereka yang normal secara fisik. Apa yang dilakukan orang-orang cacat merupakan bentuk sederhana untuk mengekspresi diri, memperlihatkan eksistensi diri di tengah kerumunan manusia.
Pernah enggak merasakan atau mengalami apa yang kita lakukan sama seperti apa yang akan kita lakukan? Atau pernahkah kita melihat iklan kopi Good Day? Katanya “kalau pakai baju yang sama di pesta, serasa jatuh ke dalam dunia kembar,” pasti tidak menyenangkan. Pada dasarnya orang itu ingin dipandang, dinilai beda dengan orang lain sama seperti Angel ataupun Tony Mellendez. walaupun mereka cacat, mereka ingin dipandang secara berbeda.
Dalam teks Matius 25:14-30, saya melihat bahwa Allah pun ternyata memberikan perbedaan itu untuk setiap orang. Semuanya diberi kesamaan, yakni “talenta,” tapi untuk tiap orang berbeda talenta itu dalam segi jumlah. Gak bisa ngebayangin, apa yang terjadi jika talenta yang didapat oleh setiap orang itu sama. Belajar dari perumpamaan ini, kita dapat memetik buah, bahwa ‘beda’ itu indah, ‘beda’ itu memperkaya, ‘beda’ itu menyenangkan. Dengan perbedaan itu, dapat muncul rasa syukur yang terjadi dalam diri kita.***
Tulisan ini merupakan hasil lomba menulis renungan dalam rangka memeriahkan bulan Kitab Suci dan bulan Bahasa di SMA Tarsisius Vireta serta disempurnakan seperlunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar