widget

Selasa, 21 September 2010

DOA ROSARIO


KETIKA mengadakan kunjungan ke sebuah stasi yang berada di pedalaman, saya menyempatkan diri untuk bergabung dengan lingkungan basis untuk mengadakan doa bersama. Saya yang memimpin doa dan khusus untuk doa rosario, saya mempercayakan seorang guru agama untuk memimpinnya. Dia memilih peristiwa gembira untuk direnungkan dalam doa rosario itu. Pada peristiwa gembira yang kedua, ia mengajak umat untuk merenungkan peristiwa “Elisabeth mengunjungi Maria.”
            Mendengar peristiwa ini, saya tergidik diam sambil berkata dalam hati, mungkin guru agama keliru karena formulasi yang benar adalah Maria mengunjungi Elisabeth, saudaranya. Seusai doa, aku mendekati guru agama itu dan berkata padanya. Maaf pak, mungkin bapak salah pada saat menyebut peristiwa rosario yang kedua tadi. Yang benar adalah Maria mengunjungi Elisabeth dan bukan sebaliknya. Dengan serta merta, guru agama itu menjawab, “sekali-kali ada kunjungan balasan.” Tidak hanya Maria yang mengunjungi Elisabeth tapi juga Elisabeth mengunjungi Maria.*** (Valery)


INSPIRASI MUSIK



AGAK sulit apabila dalam kehidupan sebuah biara menghimpun para filsuf (ahli filsafat) dan musikus karena masing-masing orang berjalan dengan ide dan gagasannya. Sang musikus biasanya memainkan alat musik pada waktu manapun tanpa mempedulikan ketenangan para filsuf yang sedang berjalan dengan ide-idenya.
            Dani, bukan nama sebenarnya yang terkenal sebagai komponis (pencipta lagu) untuk lagu-lagu liturgi, kadang bertingkah aneh. Pada jam 12 malam, ia mengambil saxophone dan meniupnya sehingga mengganggu tidur para filsuf. Seorang dosen filsafat yang berasal dari Polandia yang hidup sebiara dengan dia merasa ketenangannya terganggu. Ia (dosen filsafat) bangun dan menegur, mengapa pater meniup saxophone pada saat semua anggota biara tertidur lelap? Bukankah ini mengganggu ketenangan banyak orang?
            Mendengar teguran dari si filsuf, dengan santai pastor Dani (musikus) menjawab,”tidak tahukah kamu bahwa inspirasi musikku mulai muncul saat ini?” Sang dosen terlihat malu dan diam-diam berjalan menuju kamar pribadi untuk meneruskan refleksi pribadinya.*** (Valery)

ANAK KALIMAT



SEORANG  pastor, sebut saja Miguel, mempunyai minat yang besar terhadap dunia jurnalistik. Suatu keunikan dapat terlihat lewat  tulisannya yakni kalimat yang digunakan dalam tulisan, selalu menggunakan anak kalimat yang sekian banyak. Seorang pembaca merasa heran dan mempertanyakan, mengapa Pastor Miguel selalu menggunakan anak kalimat dalam jumlah yang banyak? Sekian lama si pembaca itu bertanya, dan pada akhirnya ia menemukan jawaban, yaitu bahwa mungkin pastor itu tidak mempunyai anak sehingga selalu menciptakan anak kalimat yang banyak dalam tulisan-tulisannya.*** (Valery)

Percakapan Pastor dan Kiay



Sore itu di pastoran lagi sepi. Pastor Ignas sedang berjalan sambil merenung di seputar gereja. Ia mendapati seorang kyai yang sedang melihat dan menikmati kicauan burung-burung gereja.
Kiay: Mengapa di gereja begitu banyak burung gereja yang bertengger terus di atas candi gereja?
Pastor: Di gereja mereka (burung-burung gereja) merasa aman, tidak diusir oleh orang-orang yang datang di gereja.
Kiay: Ya, di masjidku juga selalu aman tetapi kenapa ya, burung-burung gereja tidak pernah bertengger di di masjid?
Pastor: Mungkin burung-burung gereja pada takut.
Kiay: Takut apa ya, romo?
Pastor: Takut disunat, makanya mereka takut.
Kiay: Masa’allah....... (Valery Kopong)

HORMAT BENDERA


Bapak Markus adalah seorang guru di SD Suka Jadi. Dalam bekerja, ia selalu tidak senang terhadap  rekan gurunya  bernama Totok. Suatu ketika di hari Senin pagi, kebetulan ada apel bendera, mereka semua, baik guru maupun siswa-siswi ramai-ramai mengadakan upacara bendera. Ketika berdera sedang gerek naik, Bapak Markus yang bertindak sebagai pemimpin upacara harus mengarahkan peserta untuk menghormati bendera.
Bapak Markus: “Kepada bendera merah putih, hormaaaatttttt, kecuali Bapak Totok, grak….!
Totok: “Kok, kecuali saya yaaaaaaaaaa?” (Valery)



KARANGAN


Redaksi VERBUM, sebuah majalah milik guru-guru Agama Katolik Propinsi Banten, pada beberapa waktu lalu dikirimi email oleh Bimo, salah seorang pembaca. Ia menawarkan tentang karangan yang akan dikirimnya. Kebetulan emailnya aktif bersamaan dengan aktifnya email redaksi, kami coba chatting bersama.
Bimo: “Boleh engga, aku kirim karangan!” kata Bimo pada redaksi VERBUM lewat chatting
Redaksi: “Boleh. Karangan dalam bentuk cerpen, opini atau?
Bimo: “Tidak, berbentuk karangan bunga. Aku mau ucapkan turut berduka cita atas meninggalnya nenek saya.”
Redaksi: ??????? (Valery)

NAMA PANJANG


Yulius, nama seorang guru Agama Katolik. Suatu ketika ia mengajar, ia bertanya pada Andre, salah seorang murid SD Suka Bolos.
Yulius: Siapa nama panjang Yesus?
Andre: Yesusssssssssssssssssssssssss
Yulius: ???? (Valery)